Tuesday, April 6, 2010

cinta yang tak pasti

mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg mnykiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku
sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti

Sunday, May 31, 2009

Nasib Anak Jalanan

Di suatu siang, ketika semua orang sedang sibuk dengan aktivitas yang dilakukan. ada yang sedang bekerja, pulang sekolah, dan lain-lain.
Terlihat seorang gadis dengan paras yang menawan, rambut terurai panjang ikal kecoklatan, dengan kulit yang putih, gadis itu bernama Cherry. Cherry sedang menunggu bus yang akan mengantarnya pulang dari kampus. Selagi menunggu bus jurusan banyumanik, ia mengamati jalanan yang sesak penuh dengan lalu lintas kendaraan bermotor, sambil mendekap buku pelajaran yang sangat tebal berjudul Fisiologi &Aanatomi Tubuh. Cherry melihat beberapa anak dengan pakaian yang kucel, kotor, dan tidak terawat berkrliaran di tengah jalan yang ramai, berdebu, dan sangat panas. berbagai kegiatan mereka lakukan di sana. ada yang meminta-minta atau mengemis, ada juga yang mengamen untuk mengais rejeki.
Tanpa Cherry sadari, di sampingnya berdiri seorang anak laki-laki sedang menarik-narik bajunya. Dia berkata, "Mbak...,mbak...,minta sedekahnya,Mbak." Cherry pun terperangah melihat anak itu, dan sedikit kaget.
Dengan suara lembut Cherry menjawab, "Ada apa, Dik?"
"Minta sedekahnya, Mbak." Pinta adik itu.
Dengan rasa iba melihat anak itu, lalu Cherry memberi uang. Banyak pertanyaan yang terbesit dalam benaknya saat itu.
"Adik tinggal dimana?" tanya Cherry pada anak itu.
"Kita ada tempat penampungan, Mbak." Jawab anak itu dengan senyaum simpul.

“Ow…, gitu ya. Terus, adik sekolah dimana? Kelas berapa?” Tanya Chery ingin tahu.

“Enggak sekolah, Mbak. Maunya sich sekolah. Aku setiap hari sekolah di jalanan buat cari duit, Mbak.” Jawab anak itu.

Chery merasa kasihan dengan anak itu. Anak yang jika dilihat dari postur tubuhnya, seperti anak SD yang sedang menunggu pengumuman hasil ujian. Cuaca begitu terasa panas. Chery ambil sebotol air mineral dari tas yang baru saja dia beli tadi di dekat kampusnya. Saat dia minum, anak laki-laki itu terus melihatnya Chery berhenti minum dan melihat anak itu.

“Adek mau?” Tanya Chery.

“Iya Mbak, aku mau.” Jawab anak itu.

“Ini buat adek, abisin aja enggak apa-apa. Mau ya, Mbak Cuma punya sati ini.” Ucap Chery.

“Enggak apa-apa kok, Mbak. Terimakasih ya mbak dari tadi aku baru minum ini.” Kata anak itu.

“Dari tadi kita ngobrol-ngobrol mbak belum tahu nama kamu. Nama kamu siapa? Umur kamu berapa? Tanya Chery.

“Namaku Dio, umur 12 tahun. Nama mbak siapa? Dio berbalik Tanya.

“Nama kakak Chery, salam kenal ya…” Jawab Chery.

Di dalam hati Chery bicara, ternyata benar jika dihitung-hitung Dio sekarang seharusnya sudah kelas 6 SD. Tetapi saying, nasib Dio tidak seberuntung anak-anak lain yang lebih beruntung.

Terlihat sepintas oleh Chery, seorang laki-laki muda berdiri di tepi jalan terlihat sedang memarah-marahi anak yang sedang duduk di pinggir trotoar. Sebenarnya apa yang sedang ia lakukan, Chery sungguh talk mengerti. Supaya lebih jelas permasalahannya, akhirnya Chery menanyakan hal itu pada Dio.

“Dio apa yang sedang orang itu lakukan pada teman-teman kamu?” Tanya Chery penasaran.

“Oh…,dia. Dia itu bos kami, namanya bos Dudung. Dia yang mengantar kami ke sini dan menyuruh kita melakukan pekerjaan seperti ini, dan hasilnya nanti kita setorkan ke dia.” Jawab Dio.

“Dia yang menyuruh kalian? Kok kalian mau di suruh kerja seperti itu?” Tanya Chery kesal.

“Terus mau gimana lagi, kak? Kita ditampung dan dikasih makan sama dia meskipun seadanya. Tapi, kita setiap hari dikasih target harus terkumpul ‘segini’ setiap anak. Kadang kalau enggak tutup target, kita dimarahin abis-abisan.” Jawab Dio mengeluh.

“Ya ampun, bos kalian benar-benar tega.” Jawab Chery jengkel.

Tiba-tiba bos Dudung melihat Dio yang sedang mengobrol dengan Chery. Terlihat wajahnya kesal, dan dari gerak-geriknya sepertinya dia menyuruh Dio bekerja kembali. Dengan wajah ketakutan, Dio berpamitan pada Chery.

“Udah dulu ya mbak. Bos nyuruh aku kerja lagi nih. Makasih ya mbak.” Pamit Dio dengan senyum pada Chery.

“Iya...,ini mbak kasih lagi buat kamu, biar kamu enggak dimarahin bos kamu. Maaf ya Dio.” Ucap Chery sambil memberi uang kepad Dio.

“Iya mbak, sama-sama. Makasih ya mbak Chery.” Jawab Dio sambil lari terburu-buru.

Tak lama kemudian bus yang Chery tunggu sudah datang. Chery naik dan duduk dalam bus itu yang akan mengantarnya pulang. Di perjalanan Chery masih memikirkan Dio. Walaupun dia bukan siapa-siapa Chery, tetapi Chery sudah menganggap seperti adiknya sendiri meskipun Chery baru berkenalan dengan Dio. Chery berfikir, kenapa masih ada saja oknum yang memanfaatkan anak-anak seperti Dio yang perlu mendapatkan perlakuan dan hak mereka yang semestinya. Bukankah hal yang paling penting di dapatkan anak-anak seperti Dio adalah pendidikan, tapi mengapa mereka tidak bisa mendapatkannya?. Dan tidak seharusnya mereka berada di jalanan, kadang orang-orang mencaci-maki mereka dan memandang mereka sebelah mata, tetapi mereka tidak bisa merasakan penderitaan anak-anak itu alami. Anak-anak seperti mereka juga perlu mendapatkan perlindungan. Entah mau sampai kapan mereka akan terus seperti itu.

Tuhan memang sudah mengatur nasib kita, tapi Chery berharap suatu hari Tuhan akan merubah nasib mereka sehingga mereka bisa mendapatkan kehidupan yang layak dan Chery hanya bisa berdo’a kepada Tuhan agar memberikan yang terbaik dalam hidup mereka.